Beberapa tahun belakangan ini, lebih tepatnya sejak pilkada DKI Jakarta tahun 2012, entah karena permainan para peternak politik, sentimen SARA atau hanya sekedar ikut-ikutan, media sosial kita seperti Facebook dipenuhi oleh narasi-narasi yang didalamnya secara halus diselipi ujaran-ujaran kebencian atau setidaknya membangun untuk anti atau benci terhadap sesuatu. Bertambah tahun, narasi-narasi itu semakin frontal dan vulgar berseliweran di Sosmed kita, tidak hanya di Facebook tapi juga menyebar ke ruang chatting pribadi seperti Wahtsapp , orang-orang (yang kita kenal) dengan mudahnya mem- forward pesan-pesan berisi narasi "kebenaran" versi mereka sendiri, dan menganggapnya sebagai kebenaran tunggal, tidak sedikit pula narasi-narasi kebencian dan ke-antian di- forward dan disebarkan, tanpa peduli sebenarnya penerima pesan tersebut setuju atau tidak dengan isi pesan yang disampaikan. Entah karena perbedaan pandangan politik, beda ormas keagamaan, beda mahzab dst
Hanya Karena....Kamu Hidup Kemarin, Bukan Berarti Kamu Mengetahui Semuanya Tentang Hari ini.